DISUSUN OLEH :
dafik adiyanto
07 / 2ATP3
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK N 1 (STM PEMBANGGUNAN) TEMANGGUNG
Jl. Kadar Maron Kotak Pos 104, Telp.(0293)491576
Temanggung
TAHUN 2011/2012
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan YME,berkat
Rahmat-Nya, kami dapat
menyusun suatu makalah yang berjudul“IRIGASI” yang
kami buat sebagai tuntutan sekolah.
Kami
berharap Makalah ini berguna untuk kemajuan ilmu teknologi, khususnya di dalam
bidang irigasi yang mengacu pada tema makalah
ini.
Tanpa dukungan dan bimbingan dari semua
kalangan, kami tidak akan dapat membuat makalah ini.
Hanya permitaan maaf dari kami yang dapat
kami saampaikan apabila makalah ini tidak sesuai keinginan/ temanya karena
disini kami baru tahap belajar.
Terima kasih dari kami apabila ada kekeliruan atau
salah, kami mohon maaf.
Wassalami’alaikum Wr.Wb
Temanggung
, Maret 2012
Tim
Penyusun
IRIGASI
Pengertian Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air
permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses
kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan
tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang
menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah
hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu,
tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara
buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi
kebutuhan tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air
secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh
secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain
dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air
guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
Fungsi Irigasi:
- Memasok kebutuhan air tanaman
- Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
- Menurunkan suhu tanah
- Mengurangi kerusakan akibat frost
- Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah
Tujuan Irigasi
Irigasi bertujuan untuk membantu para
petani dalam mengolah lahan pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan
yang sering kekurangan air.
1.
Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras
2.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pemanfaatan air irigasi
3.
Meningkatkan intensitas tanam
4.
Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa
dalam pembangunan jaringan irigasi perdesaan
Manfaat Irigasi
Irigasi
sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan irigasi, sawah
dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk peternakan, dan keperluan
lain yang bermanfaat.
Kebutuhan Air Irigasi
•
Kebutuhan
air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
1.
Penyiapan
lahan
2.
Penggunaan
konsumtif
3.
Perkolasi
dan rembesan
4.
Pergantian
lapisan air
5.
Curah
hujan efektif
Kebutuhan air disawah dinyatakan dalam
mm/hari atau lt/dt/ha.
•
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman
1.Topografi
2.Hidrologi
3.Klimatologi
4.Tekstur Tanah
1. Topografi Untuk lahan yang miring membutuhkan air yang lebih banyak daripada yang datar karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi.
2.Hidrologi
Makin banyak curah hujan, makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar.
3. Klimatologi
Tanaman tidak dapat bertahan dalam cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai dengan keadaan tanah.
4. Tekstur Tanah
Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik akan memberikan kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan secara relatif memiliki hara dan kelembaban tanah yang cukup.
Evaporasi
Laju Evaporasi dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, udara yang bertiup, kelembaban udara dll.
Beberapa metoda untuk menghitung besarnya evaporasi, diantaranya rumus Penman yaitu :
Eo = 0.35 (Pa – Pu)(1+U2/100)
Dimana :
Eo = penguapan dalam mm/hari
Pa = tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian dalam mmHg
Pu = tekanan uap sebenarnya dalam mmHg
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2m dalam mile/hari, sehingga bentuk U2 dalam m/dt masih harus dikalikan dengan 24x60x60x1600.
Transpirasi
Peristiwa
uap air meninggalkan tubuh tanaman dan memasuki atmosfir. Yang mempengaruhi
laju transpirasi adalah: intensitas penyinaran matahari, tekanan uap air di
udara, suhu, kecepatan angin.Transpirasi dari tubuh tanaman pada siang hari
dapat melampaui evaporasi dari permukaan air atau permukaan tanah basah, tetapi
sebaliknya pada malam hari lebih kecil bahkan tidak ada transpirasi.
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman yang merupakan jumlah air
untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air untuk transpirasi dari
tubuh tanaman.
Efisiensi Irigasi
1.
Efisiensi Pengaliran
Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi
mengalami kehilangan air selama pengalirannya. Kehilangan air ini menentukan
besarnya efisiensi pengaliran.EPNG = (Asa/Adb)x100%
dengan :
EPNG : Efisiensi pemakaian
Asa : Air yang sampai di irigasi
Adb : Air yang diambil dari bangunan sadap
2.
Efisiensi Pemakaian
Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan
pada zona perakaran dalam periode pemberian air dengan air yang diberikan pada
areal irigasi EPMK = (Adzp/Asa)x 100%
dengan :
EPMK : Efisiensi pemakai
Adzp : Air yang dapat ditahan pada zone perakaran
Asa : Air yang diberikan (sampai) diareal irigasi
3. Efisiensi Penyimpanan
Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada zone perakaran adalah Asp (air tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah Adk maka efisiensi penyimpanan adalah :
EPNY = (Adk/Asp)x100%
dengan :
EPNY : Efisiensi penyimpanan
Asp : Air yang tersimpan
Adk : Air yang diberikan
•
Sesungguhnya
nilai efisiensi dapat juga terjadi pada saluran primer, bangunan bagi, saluran
sekunder dsb.
EF = [(Adbk – Ahl)/Adbk] x 100 %Dimana :
EF : Efisiensi
Adbk : air yang diberikan
Ahl : air yang hilang
Pola Tanam Dan Sistem Golongan
1. Pola Tanam
Penentuan pola tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan air.
2. Sistem Golongan
Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan yang optimal guna mencapai produktifitas yang tinggi, maka penanaman harus memperhatikan pembagian air secara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi. Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat perencanaan pembagian air yang baik agar air dapat digunakan merata. Kebutuhan air yang tertinggi untuk mencapai petak tersier adalah Qmax.
Kebutuhan Air
1.Penyiapan Lahan
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
•
lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan
•
Jumlah
air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Faktor penting yang menentukan lamanya
jangka waktu penyiapan lahan adalah :
-
Tersedianya
tenaga kerja dan ternak atau traktor untuk menggarap tanah
-
Perlu
memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi
sawah atau padi ladang ke dua.
Sebagai pedoman : diambil jangka waktu 1.5 bulan untuk menyelesaikan
penyiapan lahan diseluruh petak tersier.
•
Kebutuhan
Air untuk Penyiapan Lahan
PWR = Dengan :
PWR : kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa : Derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Sb : Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N : Porositas tanah dalam (%) pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
d : Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Pd : Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
FL : Kehilangan air disawah selama 1 hari (mm)
•
Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan
IR = Mek/(ek – 1)Dengan :
IR : Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M : Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan M = Eo+P (mm/hari)
Eo : Evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hari)
P : Perkolasi
k : MT/S
S : Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200+50= 250 mm
2. Penggunaan Konsumtif
Adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk fotosintesis dari tanaman tsb. Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut :
Etc= evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto= evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
Kc= koefisien tanaman
3. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1 – 3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
4. Penggantian Lapisan Air
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3.3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan 2 bulan transplantasi.
5. Curah Hujan Efektif
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan efektif bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
Re = 0.7 x ½ Rs (setengah bulanan dengan T = 5 tahun)
Dimana :
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
Rs = curah hujan minimum dengan periode ulang 5 tahun (mm)
6. Kebutuhan Air di Sawah untuk Petak Tersier
Banyaknya air untuk irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ir = S+Et+P-Re
dimana :
Ir = kebutuhan air irigasi
S = kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan
Et = evapotranspirasi
Re = curah hujan efektif
A. Padi
Perhitungan kebutuhan air dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel.
a. Dengan rotasi (alamiah) didalam petak
tersier kegiatan-kegiatan penyiapan lahan diseluruh petak dapat diselesaikan
secara berangsur-angsur. Rotasi alamiah digambarkan dengan pengaturan
kegiatan-kegiatan setiap waktu ½ bulan bertahap.
b. Transplantasi akan dimulai pada
pertengahan bulan kedua dan akan selesai dalam waktu 1 ½ bulan sesudah
selesainya penyiapan lahan.
c. Harga-harga evapotranspirasi tanaman
acuan Eto, laju perkolasi P dan curah hujan efektif Re adalah harga-harga
asumsi.
d. Kedua penggantian lapisan air (WLR)
diasumsikan. Masing-masing WLR dibuat bertahap.
B. Tanaman Ladang
dan Tebu
1. Penyiapan
Lahan
Masa prairigasi diperlukan guna menggarap
lahan untuk ditanami dan untuk menciptakan kondisi lembab yang memadai untuk
persemaian yang baru tumbuh. Banyak air yang dibutuhkan bergantung kepada
kondisi tanah dan pola tanam yang diterapkan.
•
jumlah
air 50-100 mm dianjurkan untuk tanaman
ladang
•
jumlah
100-200 mm untuk tebu
2. Penggunaan
Konsumtif
Asumsi harga-harga koefisien yang dipakai
secara umum di Indonesia adalah sbb:
•
Evapotranspirasi
harian 55 mm
•
Kecepatan
angin antara 0 dan 5 m/dt
•
Kelembaban
relatif minimum 70 %
•
Frekwensi
irigasi/curah hujan per 7 hari
3.Perkolasi
Pada tanaman ladang, perkolasi air kedalam
lapisan bawah tanah hanya akan terjadi setelah pemberian air irigasi. Dalam
mempertimbangkan efisiensi irigasi, perkolasi hendaknya diperhitungkan.
Keberlanjutan
Sistem Irigasi
Keberlanjutan sistem irigasi ditentukan oleh:
1. Keandalan air irigasi yang diwujudkan
melalui kegiatan membangun waduk, waduk lapangan,
bendungan, bendung, pompa, dan jaringan drainase yang memadai, mengendalikan
mutu air, serta memanfaatkan kembali air drainase;
2. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
3. Meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani.
2. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
3. Meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha tani.
Prasarana Irigasi
Prasarana irigasi meliputi Jaringan
Irigasi yang dimulai dari Pengambilan Air, yang bisa berupa waduk, bendung,
pompa atau pengambilan bebas sampai saluran dan bangunan pembawa irigasi dan
saluran dan bangunan pembuang irigasi.
Macam-macam Saluran
1. Saluran Pembawa
Saluran Pembawa : membawa air mulai Bang. Pengambilan sampai ke Petak Tersier
Saluran Pembawa ada tiga jenis: Saluran Primer, Saluran Sekunder, Saluran Tersier
1. Saluran Pembawa
Saluran Pembawa : membawa air mulai Bang. Pengambilan sampai ke Petak Tersier
Saluran Pembawa ada tiga jenis: Saluran Primer, Saluran Sekunder, Saluran Tersier
2. Saluran Pembuang
Saluran Pembuang : membuang air mulai Petak Tersier sampai ke Pembuang Utama (Sungai)
Saluran Pembuang ada tiga jenis: Saluran Pembuang Primer, Saluran Pembuang Sekunder dan Saluran Pembuang Tersier
Saluran Pembuang : membuang air mulai Petak Tersier sampai ke Pembuang Utama (Sungai)
Saluran Pembuang ada tiga jenis: Saluran Pembuang Primer, Saluran Pembuang Sekunder dan Saluran Pembuang Tersier
Kepemilikan Jaringan Irigasi
1). Jaringan irigasi pemerintah adalah jaringan irigasi yang
dibangun dan dikelola oleh pemerintah;
2). Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa;
3). Jaringan irigasi swasta adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh perseorangan, badan usaha, dan kelompok masyarakat di luar perkumpulan petani pemakai air.
2). Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa;
3). Jaringan irigasi swasta adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh perseorangan, badan usaha, dan kelompok masyarakat di luar perkumpulan petani pemakai air.
Pengelolaan Jaringan Irigasi
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
Pemeliharaan jaringan irigasiadalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
Pemeliharaan jaringan irigasiadalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
Jenis-jenis Irigasi
- Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem
irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free
intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan
tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah
gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
- Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.
- Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
- Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.
- Irigasi Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan
dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya
dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi
sawah.
- Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi
Di Afrika yang kering dipakai sustem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.
Pengalaman Penerapan Jenis Irigasi Khusus
Irigasi Pasang-Surut di Sumatera, Kalimantan, dan Papua
Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua dikenal apa yang dinamakan Irigasi Pasang-Surat (Tidal Irrigation). Teknologi yang diterapkan di sini adalah: pemanfaatan lahan pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-rawa, di mana air diperoleh dari sungai pasang-surut di mana pada waktu pasang air dimanfaatkan. Di sini dalam dua minggu diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak Abad XIX. Pada waktu itu, pendatang di Pulau Sumatera memanfaatkan rawa sebagai kebun kelapa. Di Indonesia terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada cocok untuk dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan dengan pengalaman Jepang di Wilayah Sungai Chikugo untuk wilayah Kyushu, di mana di sana dikenal dengan sistem irigasi Ao-Shunsui yang mirip.
Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes
Di lahan kering, air sangat langka dan
pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan
berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana
irigasi yang tersedia.
Ada beberapa sistem irigasi untuk
tanah kering, yaitu:
- (1) irigasi tetes (drip irrigation),
- (2) irigasi curah (sprinkler irrigation),
- (3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan
- (4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).
Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi
tetes [3] merupakan salah satu alternatif. Misal sistem
irigasi tetes adalah pada tanaman cabai.
Ketersediaan sumber air irigasi sangat
penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air irigasi adalah dengan
melakukan deteksi air bawah permukaan (groundwater) melalui pemetaan
karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai
sebaran, volume dan kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen.
Deteksi
air bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan Terameter.
Pengalaman Sistem Irigasi Pertanian di Niigata Jepang
Sistem irigasi pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di Niigata Prefecture. Di sini terlihat adanya manajemen persediaan air yang cukup pada pengelolaan pertaniannya. Sekitar 3 km dari tempat tersebut tedapat sungai besar yang debit airnya cukup dan tidak berlebih. Air sungai dinaikan ke tempat penampungan air menggunakan pompa berkekuatan besar. Air dari tempat penampungan dialirkan menggunakan pipa-pipa air bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian di sekitarnya. Pada setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan air irigasi tersebut. Pembagian air ini bergilir berselang sehari, yang berarti sehari keluar, sehari tutup. Penggunaannya sesuai dengan kebutuhan sawah setempat yang dapat diatur menggunakan tuas yang dapat dibuka tutup secara manual. Dari pintu pengeluaran air tersebut dialirkan ke sawahnya melalui pipa yang berada di bawah permukaan sawahnya. Kalau di tanah air kita pada umumnya air dialirkan melalui permukaan sawah. Sedangkan untuk mengatur ketinggian air dilakukan dengan cara menaikan dan menurunkan penutup pintu pembuangan air secara manual. Pembuangan air dari sawah masuk saluran irigasi yang terbuat dari beton sehingga air dengan mudah kembali ke sungai kecil, tanpa merembes terbuang ke bawah tanah. Pencegahan perembesan air dilakukan dengan sangat efisien.
Pengalaman Irigasi Perkebunan Kelapa Sawit
Ketersediaan air merupakan salah satu
faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit. Kekeringan menyebabkan
penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu, berdampak
negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase generatif.
Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi
daun tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan
yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang
dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif
kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman akibat
terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan
terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah.
Manajemen irigasi perkebunan kelapa sawit,
yaitu: membuat bak pembagi, pembangunan alat pengukur debit manual di jalur
sungai, membuat jaringan irigasi di lapang untuk meningkatkan daerah layanan
irigasi suplementer bagi tanaman kelapa sawit seluas kurang lebih 1 ha,
percobaan lapang untuk mengkaji pengaruh irigasi suplementer (volume dan waktu
pemberian) terhadap pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dan dampak peningkatan aliran
dasar (base flow) terhadap performa kelapa sawit pada musim kemarau,
identifikasi lokasi pengembangan dan membuat untuk 4 buah Dam Parit dan upscalling
pengembangan dam parit di daerah aliran sungai.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://blog.ub.ac.id/evananp/2010/05/14/pengertian-irigasi
·
http://wismpimrijabar.wordpress.com
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi
·
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2085924-irigasi/#ixzz1pLTWJgfD
·
Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (UNIVERSITAS BINA
NUSANTARA)
·
Materi Irigasi SMH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar