MAKALAH
“PANEN DAN PASCA PANEN”
Di susun oleh :
Andriastri Karlina
Azizun
Cahyo Wibowo
Dafik Adiyanto
Nurfiati Malikah
DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK N 1
(STM PEMBANGGUNAN) TEMANGGUNG
Jl. Kadar
Maron Kotak Pos 104, Telp.(0293)491576 Temanggung
TAHUN 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, kami
panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Makalah dengan judul “panen dan
pasca panen” ini ditilis untuk memenuhi tugas.
Makalah ini membahas tentang penen dan pasca panen yaitu
mulai dari proses pemanenan hingga sampai
ketangan tangan konsumen yaitu dari panen,cara
panen, umur panen, alat panen,,dan pasca panen terdiri dari
pengumpulan dan penumpukan,perontokan pengeringaan penyimpanan dan pemasaran
hasil.
Kendala yang dialami selama penulisan makalah ini
diantaranya sulitnya mencari literatur sebagai bahan kajian pustaka dan
mengkoordinasi antar pihak penulis dalam penulisan makalah. Kendala tersebut
dapat dipecahkan dengan pembagian tugas dalam mencari literatur dan
mengordinasi antar penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Ahsanyah selaku guru yang mengajar kami. Juga kepada teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnan.
Penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk
perbaikan makalah selanjutnya. Semoga karya tulis ini memberikan manfaat kepada
masyarakat dan semua disiplin ilmu lainnya.
Temanggung,
Januari 2013
Penulis
CENGKEH
Produk utama tanaman cengkeh adalah
bunga, yang pada waktu dipanen kadar airnya berkisar antara 60–70 %. Waktu yang
paling baik untuk memetik cengkeh adalah sekitar 6 bulan setelah bakal bunga
timbul, yaitu setelah satu atau dua bunga pada tandanya mekar dan warna bunga
menjadi kuning kemerah-merahan dengan kepala bunga masih tertutup, berisi dan
mengkilat.
Pemungutan bunga cengkeh dilakukan
dengan cara memetik tangkai bunga dengan tangan, kemudian dimasukkan kedalam
kantong kain atau keranjang yang telah disiapkan, menggunakan tangga segitiga
atau galah dari bambu, serta tidak merusak daun disekitarnya pada waktu
pemetikan. Waktu panen sangat berpengaruh terhafdap rendemen dan mutu bunga
cengkeh serta miyak atsirinya.
Saat pemetikan bunga cengkeh yang tepat yaitu apabila bunga sudah penuh benar
tetapi belum mekar, pemetikan yang dilakukan saat bunga cengkeh masih muda
(sebelum bunga masak) akan menghasilkan bunga cengkeh kering yang keriput,
kandungan minyak atsirinya rendah dan berbau langu (tidak enak). Sedangkan
apabila pemetikan terlambat (bunga sudah mekar) setelah dikeringkan akan
diperoleh mutu yang rendah, tanpa kepala serta rendeman rendah.
Setelah
panen dilakukan, hal berikutnya adalah perlakuan pasca panen yang meliputi sortasi buah,
pemerama, pengeringan, dan sortasi keseluruhan. Sortasi buah dilakukan dengan
memisahkan bunga dari tangkainya dan tempatkan pada tempat yang berbeda.
Pemeraman dilakukan selama 1 hari ini dilakukan untuk memperbaiki warna cengkih
menjadi coklat mengkilat. Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering
yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat juga dikeringkan
dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada lantai beton agar
kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman dari jamur. Sortasi akhir
Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan cara ditampi. Kemudian
cengkih yang sudah bersih dimasukan pada karung dan dijahit.
Penanganan Bunga Cengkeh
Sebelum dikeringkan, bunga cengkeh
dipisahkan dari tangkai/gagang dan dikeringkan secara terpisah. Pada tahap ini
dilakukan pemisahan antara bunga cengkeh yang baik, bunga yang terlalu tua dan
yang terjatuh, setelah itu bunga cengkeh segera dikeringkan.
Pengeringan dapat dilakukan
dengan menjemurnya dipanas matahari langsung atau menggunakan pengering buatan.
-
Bunga cengkeh yang akan dijemur
dihamparkan pada alas tikar, anyaman bambu (giribig) atau plastik, atau pada
lantai jamur yang diberi alas plastik.
-
Selama proses pengeringan cengkeh
dibolak-balik agar keringnya merata.
-
Proses pengeringan dianggap selesai
apabila warna bunga cengkeh telah berubah menjadi coklat kemerahan, mengkilat,
mudah dipatahkan dengan jari tangan dan kadar air telah mencapai sekitar 10–12
%.
-
Lamanya waktu penjemuran dibawah
sinar matahari sekitar 3–4 hari.
PENANGANAN PASCA PANEN
·
Sortasi buah
Lakukan pemisahan bunga dari tangkainya
dan tempatkan pada tempat yang berbeda.
·
Pemeraman
Pemeraman dilakukan selama 1 hari ini
dilakukan untuk memperbaiki warna cengkih menjadi coklat mengkilat.
·
Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin
pengering yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat juga
dikeringkan dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada lantai
beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman dari jamur.
·
Sortasi
Pada tahap
ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan cara ditampi. Kemudian cengkih yang
sudah bersih dimasukan pada karung dan dijahit.
KELAPA SAWIT
A. Identifikasi Tanaman Siap Panen
Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu
kegiatan penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun,
karena saat panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang
telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik
akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu
bertahan dalam umur yang panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya
akan
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya
produksi dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus
dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu
yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan pasca
panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan mutu
dalam waktu 24 jam setelah panen.
Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar
yang dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat dikategorikan
sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana performa/penampilan bonggol batang belum
cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka pada tanaman tersebut harus diablasi
yaitu pembuangan bunga untuk membuang tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada
tanaman baru berbuah dan untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh
pertumbuhan tanaman yang seragam. Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur
sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5
tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun
jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen
pada umur 2,5 tahun.
B. Identifikasi Tandan Buah Masak
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22
tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun
menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan
tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya. Jumlah
buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang panen
kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual
dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan
secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan
kandungan asam lemak bebas yang minimal.
Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya
buah. Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman
menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama kali dipanen,
kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per tandan perlu
digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak. Standar ini harus
disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan pengalaman pekerja. Ciri
tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan
yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari
tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah
sudah membrondol (jatuh di piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan
sudah mencapai 3 kg. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk
memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah
brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah
brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum
yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.
Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat
kematangan buah sudah mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah
luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem
giring dan sistem tetap.
C. Persiapan Panen
Teknik
panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum dengan
kualitas yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini perlu kematangan buah yang
optimum, selang panen yang tepat, metode pengumpulan buah, dan pengangkutan
hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.
Aspek
yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan buah adalah
hal-hal yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit, khususnya
menyangkut kadar asam lemak bebas. Jadi, untuk mendapatkan hasil panen yang
berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan panen yang baik.
Tanaman
kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah
akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penerbukan. Agar panenan berjalan
lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan dan jalan
pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil
panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan peralatan
yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan
umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak
kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik.
D. Kriteria Tanaman
Menghasilkan
Agar
tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi tanaman menghasilkan
(TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut:
a)
Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih.
b)
Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg.
c)
Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5.
1.
Kerapatan
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang
memiliki tanda buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum
menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka dilakukan
pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan buah matang
panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM tersebut. Bila
terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan matang panen,
maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM).
2.
Bobot rata-rata tandan
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak
dari setiap hektar tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih
dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan
penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus
ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah pabrik
sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan
kelapa sawit adalah bila sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya)
untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu brondolan
untuk tiap kilogram tandan beratnya lebih dari 10 kg. Melihat adanya brondolan
yang jatuh ke piringan, maka panenan dapat dilakukan.
3.
Kerapatan sebaran panen
Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah
pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu
petak (blok) tanaman sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi
pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk
memanen.
E. Derajat Kematangan Buah
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase
minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah
ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi
oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi
merah oranye hingga terjadi kematangan penuh.
1.
Kriteria matang panen
Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak
di mesokrap berlangsung pada stadia akhir perkembangan buah. Seminggu sebelum
masak hanya 80% minyak dari potensi total minyak dalam mesokrap, sintesis
minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari tandan (membrondol).
Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan minyak setelah buah
membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan ciri-ciri jaringan
mesokrap.
Tabel.
Tingkatan TBS yang dipanen:
Tingkat
|
Jumlah
Brondolan
|
Kematangan
|
0.
1.
2.
3.
4.
5.
|
1-12,5%
buah luar membrondol
12,5-25%
buah luar membrondol
25-50%
buah luar membrondol
50-75%
buah luar membrondol
75-100%
buah luar membrondol
Buah
dalam juga membrondol, dan ada buah yang busuk
|
Mentah
Kurang
matang
Matang
I
Matang
II
Lewat
matang I
Lewat
matang II
|
Sumber:
Pusat Penelitan Marihat, 1983
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas,
maka derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada
tingkat 1,2, dan 3.
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang
panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam
suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut:
1) Jumlah brondolan di pabrik sekitar
25% dari berat tandan seluruhnya.
2) Tandan
yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
3) Tandan
yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
4) Tandan
yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur
frekuensi panen atau putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak
terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat kematangan tandan yang
lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) dengan tingkat
kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 15%.
Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya
minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%.
2.
Frekuensi panen
Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang
dikehendaki, maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal
seperti ini tidak ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau rotasi panen.
F. Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS)
yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak
kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung
cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik
pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.
Hasil
olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1) Minyak
sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,
2) Minyak
inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
G. Pengangkutan
TBS ke Pabrik Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera
diangkut ke pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah
akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak
bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak
yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak
bebas adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya
dan menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau
truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak
membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan
pada buah tidak terlalu banyak.
Segera setelah sampai di pabrik, pengolahan harus secepatnya
ditimbang dulu, kemudian memasuki tahap-tahap pengelolaan selanjutnya. Tandan
buah segar yang diterima dari kebun harus ditimbang dengan cermat yang nantinya
perlu di dalam proses pengendalian mutu, rendemen hasil yang diperoleh.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus
secepat mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan
sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tandan buah.
KARET
Persiapan Panen
Pemungutan hasil
panen karet disebut penyadapan karet. Biasanya penyadapan dilakukan pada saat
pagi hari hingga pukul 07.30. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
terjadinya koagulasi pada lateks. Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat
dilakukan selama 25-35 tahun.
Pembuatan tempat
penampungan hasil (TPH)
TPH dibuat
untuk menampung hasil lateks dari kebun sebelum diangkut ke pabrik. Satu TPH
biasanya digunakan untuk menampung latek dari luasan areal sadap 20 sampai 30
hektar. Pada lokasi TPH disediakan bak/tangki penampung yang diletakan di atas,
sehingga lateks yang ditampung dapat langsung dimasukkan ke truk pengangkut.
Pembuatan
jalan panen. Pembuatan jalan panen biasanya dibuat pada saat pekerja hendak
melakukan penyadapan. Biasanya jalan panen di perkebunan hanya sederhana dan
berupa jalan setapak, sehingga yang dibutuhkan hanyalah parang atau sabit untuk
memotong rumput atau gulma yang mengganggu jalan yang akan dibuat.
Alat-alat panen
Alat-alat
panen yang perlu dipersiapkan adalah pisau sadap, mangkok sadap, talang sadap,
ember dan pengasah pisau. Pisau sadap, ember dan pengasah pisau hanya
disediakan untuk masing-masing tenaga penyadap, sedangkan mangkok dan talang
sadap harus disediakan untuk setiap tanaman.
Kebutuhan tenaga panen
Kebutuhan
tenaga penyadap diperhitungkan dengan cara menghitung luas lahan yang disadap
per hari (tergantung frekuensi sadap yang digunakan). Pada umumnya luas yang
disadap per hari adalah 1/3 dari luas TM. Untuk kebutuhan tenaga penyadap dapat
dihitung dengan memperhatikan kemampuan seorang penyadap dalam melakukan
penyadapan dalam satu hari. Untuk lahan datar 1 orang penyadap mampu menyadap
seluas 1 hektar.
Pelaksanaan Panen
Kriteria matang sadap
Kriteria matang sadap pada
tanaman karet ditentukan oleh dua syarat yaitu:
·
lilit batang (lingkar batang 1
meter di atas pertautan lebih besar dari 45 cm.
·
60% dari populasi memenuhi
syarat nomor 1. Biasanya masa ini akan dicapai setelah tanaman berumur 5 tahun.
Hanca panen
Hanca panen
atau luas yang dipanen per hari sangat tergantung dari rotasi eksploitasi yang
digunakan. Pada umumnya tanaman karet disadap 3 hari sekali, sehingga luas
panen per hari kurang lebih 1/3 dari total luas tanaman menghasilkan (TM).
Untuk lahan yang datar, 1 orang penyadap mampu menyadap seluas 1 hektar.
Rotasi panen
Lamanya
rotasi panen dilakukan tergantung luasan hanca panen. Semakin luas hanca panen,
maka rotasi panen semakin lama. Rotasi panen juga tergantung pada berapa kali
dalam seminggu dilakukan penyadapan.
Aturan teknis panen
Setiap
penyadap biasanya sudah berada di kebun pada pukul 05.00 untuk melakukan
persiapan-persiapan seperti : pembagian lokasi sadap, pengecekan peralatan dan
pengecekan kehadiran tenaga penyadap. Setiap penyadap akan melakukan penyadapan
pada hancanya sendiri (setiap penyadap memiliki lokasi penyadapan
masing-masing). Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit karet (setelah
melepas lateks yang membeku pada alur sadap) pada alur sadap yang telah ada
serta memasang mangkok dan pemberian anti koagulan (2 tetes) pada mangkok
sadap. Anti koagulan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya pembekuan lateks
sebelum sampai di pabrik. Setelah seluruh hanca sadap di sadap (selesai pada
pukul 07.30) maka lateks ditunggu mengalir hingga pukul 11.00 dan selanjutnya
lateks dikumpulkan di TPH. Pada setiap penyadap akan dicatat volume lateks yang
terkumpul pada hari itu dan akan digunakan sebagai salah satu penentu besarnya
upah yang akan diterima.
Pengangkutan Hasil Panen
Setelah
lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki
penerimaan/pengumpulan yang berada di lokasi tempat pengumpulan hasil di kebun,
kemudian diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki pengangkut ada
yang ditarik dengan traktor, dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki.
Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu
tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi
di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu
diberi obat anti koagulan.
Sarana
angkutan. Sarana angkutan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun
ke pabrik adalah truk tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai
3.000 liter. Tangki dibuat dari bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa
sehingga mudah dipasang dan dilepas dari alat penarik (truk/taktor) dan dengan
mudah dibersihkan. Jumlah truck yang diperlukan tergantung dari tingkat
produksi lateks yang dihasilkan per hari.
Sedapat
mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik pusat agar dapat
dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa
bak pencampur di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika
keadaan tempat memaksa untuk dilakukan koagulasi di kebun, jumlah lateks yang
dikoagulasi sedapat mungkin harus dibatasi. Prasarana jalan yang digunakan
untuk pengangkutan lateks dari kebun harus cukup baik. Hal ini untuk
menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama pengangkutan yang dapat
meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH biasanya
diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi.
TEH
Panen
dan pasca panen teh
Teh
di hasilkan dari pengolahan yang tanpa proses fermentasi setelah di petik
dengan tahap-tahap pengolahan yaitu : pelayuan,
penggulungan, pengeringan dan sortasi. Proses pengolahan tanpa proses
fermentasi di kenal dengan pelayuan.
Pengolahan teh :
1. Daun
teh yang di petik di tebarkan diata lantai serambi agar kadar airnya berkurang
dan menjadi layu ± 2 hari.
2. Daun
yang sudah layu digoreng pada suhu 900C.( di bolak balik agar tidak
gosong) ± 10 menit.
Proses pelayuan ini
hanya mengatur aktivitas enzim dalam daun.Enzim itu aktiv tinggi pada suhu
80-900 F(26,67-32,220C)dan berkurang pada suhu kurang
dari 600 F(15,560 C) sedangkan pada suhu 1200 F
(48,890 c) enzim akan inakatif selama 2-3 menit dan suhu tersebut
yang digunakan dalam pelayuan.
3. Daun
yang sudah lemas di angkat dari penjemuran kemudian didinginkan diatas meja.
4. Daun
yang sudah dingin kemudian digulung dengan tangan atau alat berbentuk bola
terbuat dari kayu, diatas arang kayu yang membara.
5. Jika
sudah kering kemudian didinginkan diatas nyiru.
Proses
pengeringan tersebut memerlukan waktu 6-10 menit. Dan hasilnya, kadar air daun
teh sebanyak 5-8%. Sortasi dilakukan dengan memisahkan daun teh yang rusak
tangkai daunnya, biasanya untuk 1 kg teh kering ,dibutuhkan pucuk daun teh
sebanyak 4,5kg.
KOPI
Tanaman kopi yang terawat dengan baik dapat mulai
berproduksi pada umur 2,5-3 tahun tergantung dari lingkungan dan jenisnya.
Tanaman kopi robusta dapat berproduksi mulai dari 2,5 tahun, sedangkan arabika
pada umur 2,5-3 tahun.
Jumlah kopi yang dipetik pada panen pertama relatif masih
sedikit dan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai mencapai
puncaknya pada umur 7-9 tahun. Pada umur puncak tersebut produksi kopi dapat
mencapai 9-15 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi robusta dan 5-7 kuintal
kopi beras/ha/tahun untuk kopi arabika. Namun demikian, bila tanaman kopi
dipelihara secara intensif dapat mencapai hasil 20 kuintal kopi beras/ha/tahun.
1.
Pemanenan buah kopi dilakukan secara
manual dengan cara memetik buah yang telah masak. Ukuran kematangan buah
ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika
masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak
penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
2.
Kematangan buah kopi juga dapat
dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa gula di dalam daging buah. Buah
kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung
senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging buah
muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula
masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir pada buah yang
terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah
terurai secara alami akibat proses respirasi.
3.
Tanaman kopi tidak berbunga serentak
dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan :
a.
Pemetikan selektif dilakukan
terhadap buah masak.
b.
Pemetikan setengah selektif
dilakukan terhadap dompolan buah masak.
c.
Secara lelesan dilakukan terhadap
buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan.
d.
Secara racutan/rampasan merupakan
pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan
akhir.
Proses
Pasca Panen Sortasi
a.
Sortasi buah dilakukan untuk
memisahkan buah yang superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior
(cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti
daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin
pengupas.
b.
Biji merah (superior) diolah dengan
metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar diperoleh biji kopi HS kering
dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran hijau,kuning, merah diolah
dengan cara pengolahan kering.
c.
Hal yang harus dihindari adalah
menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih dari 12 jam,
karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi
menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented).
Pengolahan Cara kering Metoda pengolahan cara kering banyak
dilakukan mengingat kapasitas olah kecil, mudah dilakukan, peralatan sederhana
dan dapat dilakukan di rumah petani.
1.
Pengeringan
a.
Kopi yang sudah di petik dan
disortasi harus sesegera mungkin dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia
yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar
bunyi gemerisik.
b.
Beberapa petani mempunyai kebiasaan
merebus kopi gelondang lalu dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan
merebus kopi gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak
kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu.
c.
Apabila udara tidak cerah
pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis.
d.
Tuntaskan pengeringan sampai kadar air
mencapai maksimal 12,5%.
e.
Pengeringan memerlukan waktu 2-3
minggu dengan cara dijemur.
f.
Pengeringan dengan mesin pengering
tidak diharuskan karena membutuhkan biaya mahal.
2.
Pengupasan kulit (Hulling)
a.
Hulling pada pengolahan kering
bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit
arinya.
b.
Hulling dilakukan dengan menggunakan
mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan untuk mengupas kulit dengan cara
menumbuk karena mengakibatkan banyak biji yang pecah. Beberapa tipe huller
sederhana yang sering digunakan adalah huller putar tangan (manual), huller
dengan pengerak motor, dan hummermill.
3.
Pengolahan Cara Basah (Fully Washed)
Tahapan pengolahan kopi cara basah dapat dilihat pada skema
berikut :
a.
Pengupasan Kulit Buah
Pengupasan
kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pengupas kulit buah
(pulper). Pulper dapat dipilih dari bahan dasar yang terbuat dari kayu atau
metal. Air dialirkan kedalam silinder bersamaan dengan buah yang akan dikupas.
Sebaiknya buah kopi dipisahkan atas dasar ukuran sebelum dikupas.
b.
Fermentasi
·
Fermentasi umumnya dilakukan untuk
pengolahan kopi Arabika, bertujuan untuk meluruhkan lapisan lendir yang ada
dipermukaan kulit tanduk biji kopi. Selain itu, fermentasi mengurangi rasa
pahit dan mendorong terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi
arabika.
·
Fermentasi ini dapat dilakukan
secara basah dengan merendam biji kopi dalam genangan air, atau fermentasi cara
kering dengan cara menyimpan biji kopi HS basah di dalam wadah plastik yang
bersih dengan lubang penutup dibagian bawah atau dengan menumpuk biji kopi HS
di dalam bak semen dan ditutup dengan karung goni.
·
Agar fermentasi berlangsung merata,
pembalikan dilakukan minimal satu kali dalam sehari.
·
Lama fermentasi bervariasi
tergantung pada jenis kopi, suhu, dan kelembaban lingkungan serta ketebalan
tumpukan kopi di dalam bak. Akhir fermentasi ditandai dengan meluruhnya lapisan
lendir yang menyelimuti kulit tanduk. Waktu fermentasi berkisar antara 12
sampai 36 jam.
c.
Pencucian
·
Pencucian bertujuan menghilangkan
sisa lendir hasil fermentasi yang menempel di kulit tanduk.
·
Untuk kapasitas kecil, pencucian dikerjakan
secara manual di dalam bak atau ember, sedangkan kapasitas besar perlu dibantu
mesin.
d.
Pengeringan
·
Pengeringan bertujuan mengurangi
kandungan air biji kopi HS dari 60 – 65 % menjadi maksimum 12,5 %. Pada kadar
air ini, biji kopi HS relatif aman dikemas dalam karung dan disimpan dalam
gudang pada kondisi lingkungan tropis.
·
Pengeringan dilakukan dengan cara
penjemuran, mekanis, dan kombinasi keduanya.
·
Penjemuran merupakan cara yang
paling mudah dan murah untuk pengeringan biji kopi. Penjemuran dapat dilakukan
di atas para-para atau lantai jemur. Profil lantai jemur dibuat miring lebih
kurang 5–7 dengan sudut pertemuan di bagian tengah lantai.
·
Ketebalan hamparan biji kopi HS
dalam penjemuran sebaiknya 6–10 cm lapisan biji. Pembalikan dilakukan setiap jam
pada waktu kopi masih basah. Pada areal kopi Arabika, yang umumnya didataran
tinggi, untuk mencapai kadar air 15 -17 %, waktu penjemuran dapat berlangsung
2–3 minggu.
·
Pengeringan mekanis dapat dilakukan
jika cuaca tidak memungkinkan untuk melakukan penjemuran. Pengeringan dengan
cara ini sebaiknya dilakukan secara berkelompok karena membutuhkan peralatan
dan investasi yang cukup besar dan tenaga pelaksana yang terlatih.
e.
Pengupasan kulit kopi HS
·
Pengupasan dimaksudkan untuk
memisahkan biji kopi dari kulit tanduk yang menghasilkan biji kopi beras.
·
Pengupasan dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin pengupas (huller).
·
Sebelum dimasukkan ke mesin pengupas
(huller), biji kopi hasil pengeringan didinginkan terlebih dahulu (tempering)
selama minimum 24 jam.
Pengolahan Cara kering
Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat kapasitas olah kecil, mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani.
1.
Pengeringan
a.
Kopi yang sudah di petik dan
disortasi harus sesegera mungkin dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia
yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar
bunyi gemerisik.
b.
Beberapa petani mempunyai kebiasaan
merebus kopi gelondang lalu dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan
merebus kopi gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak
kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu.
c.
Apabila udara tidak cerah
pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis.
d.
Tuntaskan pengeringan sampai kadar air
mencapai maksimal 12,5%.
e.
Pengeringan memerlukan waktu 2-3
minggu dengan cara dijemur.
f.
Pengeringan dengan mesin pengering
tidak diharuskan karena membutuhkan biaya mahal.
2.
Pengupasan kulit ( Hulling)
a.
Hulling pada pengolahan kering
bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit
arinya.
b.
Hulling dilakukan dengan menggunakan
mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan untuk mengupas kulit dengan cara
menumbuk karena mengakibatkan banyak biji yang pecah. Beberapa tipe huller sederhana
yang sering digunakan adalah huller putar tangan (manual), huller dengan pengerak
motor, dan hummermill.
TEBU
PANEN DAN PASCA PANEN
Lebih dari
separuh produksi tebu di dunia dipanen secara manual dengan tangan,khususnya
yang dilakukan di negara-negara yang berkembang. Pemanenan cara ini diawalidengan pembakaran lahan. Api yang menyebar cepat
akan membakar daun-daun, tetapimeninggalkan batang-batang yang kaya air
dan akar juga tidak rusak. Para pemanenkemudian memotong batang tepat di atas
tanah dengan parang. Pemanen tebu yang sudahterlatih dapat memotong 500 kg tebu
dalam satu jam. Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam dengan kriteria dan cara panen sebagai berikut :
1. Ciri
dan Umur PanenUmur panen tergantung dari jenis tebu:
a). Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan.
b).Varitas
sedang masak optimal pada 12-14 bulan.
c). Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan.
2. Cara Panen
Ø Mencangkul
tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.
Ø Pangkal tebu dipotong dengan arit
jika tanaman akan ditumbuhkan kembali.Batang
dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.
Ø Mencabut batang tebu sampai ke
akarnya jika kebun akan dibongkar. Potongakar
batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang.
Ø Pucuk dibuang.
Ø Batang tebu diikat menjadi satu
(30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling.
RENDEMEN TEBU
Proses kemasakan
tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya
tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur
masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di
bagian pucuk dan pangkal batang. Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada
posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu
yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang berumur 12
bulan bisa mencapai 13 %.
KAKAO
Penanganan
pasca panen kakao
Buah
dipanen » dikumpulkan » dikelompokan menurut kelas kematanganya » buah dipecah
kulitnya tanpa melukai biji » biji di tampung dalam wadah.
Pengolahan
1.
Fermentasi
Dilakukan
untuk meningkatkan aroma dan rasa, melepas pulp selama 4-6 hari dan di balik
tiap hari dan kemudian dicuci selama 2 jam.
2.
Pengeringan
Pengeringan
dilakukan selama 32 jam dengan suhu 65-68˚C dengan sinar matahari dan di balik
setiap 3 jam, jika menggunakan pengeringan buatan selama 24 jam dengan suhu 46-50˚C yang dimasukan
kedalam peti pengeringan, sehingga berat menjadi berkurang sampai 37%.
3.
Sortasi dan Penyimpanan
·
Sortasi biji, kemurnian, warna, bahan
ikutan, jamur.
·
Biji yang bermutu baik beratnya ≥ 1 gram.
·
Kelas A : 90-100 butir setiap 100 gram
contoh.
·
Kelas B : 100-110 butir100 gram contoh.
·
Kelas C : 110-120 butir setiap 100 gram
contoh.
·
Berat maksimal setiap karung 60 kg.
LADA
Tanaman lada mulai dipanen pada umur 3 tahun,
dengan interval dari mulai berbunga sampai buah siap panen pada usia 9 bulan
setelah penyerbukan. Ciri buah lada
mulai dapat dipanen apabila dalam satu
tangkai ada yang masak (buah berwarna merah 3–5 butir). cara memanennya yaitu dengan
memetik tangkai dan seluruh buahnya. Waktu panen pagi hari.
Tahap Pemanenan Lada
Ø Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang.
Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak
(berwarna kuning atau merah).
Ø Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah
bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
Ø Periode Panen
Periode panen sesuai
iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan.
TEMBAKAU
Panen
dan Pascapanen
Waktu panen dan cara penanganan pasca panen tembakau sangat
tergantung pada jenis tembakaunya. Berikut diuraikan pemanenan dan penanganan
pasca panen beberapa jenis tembakau yang diusahakan di Indonesia.
Tembakau
Burley BAT Bondowoso
Umur
Panen
Kriteria
waktu panen tembakau dapat dilihat dari gejala tingkat kematangan daun di pohon
sebagai berikut
- Daun bawah (3-4 lembar) mendekati kehijau-hijauan dan gagangnya keputih-putihan.
- Daun tengah (4-6 lembar) berwarna “kuning kenanga”.
- Daun atas (6-9 lembar) dan daun pucuk (4-7 lembar) telah matang benar.
Cara
Pemetikan
Pemetikan daun tembakau Burley dilakukan dengan dua cara
yaitu petik biasa (reaping) dan tebang batang ( stalk cutting). Reaping
dilakukan dengan memetik daun-daunya saja, sedangkan stalk cutting dilakukan
dengan menebang batang tembakau beserta daunnya tepat pada pangkal batang.
Untuk mendapatkan hasil yang tinggi tembakau burley biasanya
diperlakukan reaping paling banyak dua kali dan selanjutnya stalk cutting.
Pemetikan pertama daun tembakau Burley dilakukan pada saat tanaman berumur
65-70 har, dengan jumlah daun yang dipetik 2-3 lembar. Stalk cutting dilakukan
apabila daun pucuk kelihatan sudah cukup tua (berwarna kuning) dengan umur
tanaman 90-100 HST.
Saat pemetikan (pagi, siang dan sore) berpengaruh terhadap kualitas
daun tembakau. Saat pemetikan tembakau burley yang baik adalah pada pagi hari.
Sortasi
Pendahuluan
Sortasi pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau
Burley untuk memisahkan daun yang agak muda (immature), daun kurang tua
(unripe), daun tua (ripe) dan daun yang rusak. Sortasi ini dilakukan dengan
tujuan untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan grading setelah
pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran.
Pengeringan
(Curing)
Dalam pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 –
90%. Selama pengeringan terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan
pengeringan. Pengeringan dilakukan di dalam Los. Tembakau Burley ini termasuk
ke dalam jenis pengeringan air cured. Pengeringan dilakukan selama ± 22 hari sampai
diperoleh krosok yang baik. Setelah itu krosok diunting (diikat beberapa lembar
krosok) kemudian dipak/dibal dengan bobot 1 bal 50 – 60 kg dan dibungkus dengan
tikar.
Tembakau
Cerutu Vorstenlanden
Pemetikan
Pemetikan daun dilakukan secara bertahap, kriteria tanaman
siap dipanen yaitu setelah tanaman berumur 50 hari, 60 – 70% dari populasi
telah membentuk kuncup bunga, warna daun “menongo bener” (hijau seperti bunga
kenanga), sudut daun telah melebar atau merunduk daun mudah dipetik dan tanaman
dalam kondisi segar. Jenis dan banyaknya daun yang akan dipetik terdiri dari :
2 lembar daun tanah/pasir (DT), 6 lembar daun koseran pertama (DKP) 10 lembar
daun koseran atas (DKA), 4 lembar daun madya pertama (DMP) 6 lembar daun madya
tengah (DMT) dan 4 lembar daun madya atas (DMA).
Pemetikan dilakukan pada pukul 06.00 – 08.00 pagi secara
manual, pemetikan pada pagi hari akan menghasilkan krosok yang berwarna lebih
cerah daripada sore hari.
Pengeringan
Pengeringan tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan
sistem air curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan
sekitar 12 m. Pada bagian atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi
untuk mengatur kelembaban udara di dalamnya. Pada malam hari bila kelembaban
udara terlalu tinggi, jendela ditutup dan dilakukan pengomprongan (pengeringan
buatan dengan bahan sekam, kayu, atau briket batubara). Pada siang hari jendela
dibuka agar kelembaban dalam ruang pengering tersebut turun. 1 Los (bangunan
pengering) terdiri dari 30 kamar yang mampu menampung 2.100 dolok (1 dolok
terdiri dari 50 lembar daun). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Los
pengering adalah sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan daun, penaikan dan
pelolosan.
Setelah pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi
yang melibatkan sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat atau
senyawa protein dan polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi
perubahan-perubahan seperti penurunan berat 6-18 %, pembebasan tanah,
penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3 dan penurunan kadar air 14 –
20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma, warna krosok menjadi
lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah fermentasi krosok
kemudian disusun dalam tumpukan atau stapel berukuran 4 m x 5 m dengan berat 2
-2,5 ton. Stapel kemudian ditutup rapat sampai suhunya mencapai 42 – 430C.
Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal dengan berat 80 kg dengan ukuran
panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi 22 cm. Untuk penyimpanan di gudang
dilakukan fumigasi untuk mencegah serangan serangga gudang dengan insektisida
Phostoxin dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari sekali.
Tembakau
Rajangan Temanggung
Panen dilakukan secara bertahap, pemetikan daun sebanyak 5 –
8 kali tergantung kemasakan dan jumlah daun. Saat panen biasanya dimulai
apabila sudah ada berita tentang dimulainya pembelian tembakau rajangan oleh
pabrik rokok atau gudang mulai buka. Panen daun tembakau dilakukan 10 – 15 hari
sebelum awal pembelian tembakau rajangan. Pemetikan daun dimulai dari bawah,
dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun yang siap panen ditandai oleh
perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning kehijauan, warna tulang daun
putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai
daun mudah dipatahkan. Waktu panen pagi hari setelah embun menguap sampai siang
hari. Apabila waktu panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera
dipetik atau ditunda 6-8 hari. Daun yang telah dipetik segera diproses atau
diolah menjadi tembakau rajangan. Pengolahan tembakau rajangan terdiri dari 3
tahap kegiatan, yaitu Pemeraman, perajangan dan penjemuran.
Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun
hijau yang ukurannya seragam. Pemeraman dilakukan dengan cara mengatur daun,
yaitu didirikan di rak pemeraman. Lamanya pemeraman tergantung dari posisi daun
pada batang. Daun koseran ( daun bawah), lama pemeraman 1-2 malam (24 – 48 jam)
dengan warna daun peraman hijau-kekuningan. Daun tengah memerlukan waktu
peraman 3 – 5 malam (72-120 jam) dengan warna peraman hijau kekuningan sampai
kuning merata. Sedangkan daun tengah yang tebal dan daun atas memerlukan waktu
peraman 4 – 7 malam (96 – 168 jam) dengan warna daun peraman kuning merata
sampai kuning kemerahan.
Setelah daun tembakau diperam, selanjutnya dilakukan
perajangan. Perajangan dimulai pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan
hasil rajangan dapat segera dijemur pada pagi harinya. Tebal irisan (rajangan)
daun tembakau temanggung antara 1.5 mm – 2.0 mm, pisau yang digunakan untuk merajang
harus selalu tajam agar hasil rajangannya baik dan seragam. Setelah daun
tembakau dirajang, kemudian tembakau rajangan dicampur merata (digagrak) dan
diratakan di atas “widig” atau “rigen” untuk dijemur.
Penjemuran hasil rajangan harus kering dalam 2 hari,
tergantung panas matahari. Pada hari pertama rajangan di balik apabila lapisan
atas sudah cukup kering, pekerjaan ini dilakukan kira-kira pukul 10.00 – 11.00.
Pada malam harinya, rajangan diembunkan untuk memperoleh warna hitam. Pada hari
kedua, penjemuran dimulai pada siang hari sampai rajangan tembakau lemas
kembali. Setelah rajangan tersebut kering, kemudian dimasukkan kedalam
keranjang bambu. Di dalam satu keranjang berisi tembakau rajangan yang sama
mutunya. Selanjutnya tembakau rajangan siap dijual ke “gudang perwakilan pabrik
rokok” atau kepada “tengkulak pengumpul”.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar